Friday

No 42. Kepercayaan (islam) - Haq Hak Kekal Teperlihara


42. Kepercayaan (Islam)  - Haq Hak Kekal Teperlihara:- 

Kesimpulan logik kepada evolusi sejarah agama ialah agama sejagat yang tidak berbangsa, tidak berdokrin, yang didakwa oleh Islam. Kerana Islam hanyalah tunduk kepada kehendak  Allahﷻ. Ini menyiratkan (I) Iman, (2) melakukan yang betul, menjadi teladan untuk melakukan yang benar, dan mempunyai kuasa untuk melihat bahawa yang betul menang: (3) menjauhi yang salah. menjadi contoh kepada orang lain untuk menjauhi yang salah, dan mempunyai kuasa untuk melihat bahawa salah dan ketidakadilan dikalahkan. 

Oleh itu Islam hidup, bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk manusia. Ahlul Kitab, seandainya mereka beriman sudah tentulah mereka menjadi orang-orang Islam, kerana mereka telah bersedia untuk Islam. Malangnya terdapat kekufuran, tetapi ia tidak boleh membahayakan, mereka yang membawa panji Iman dan Benar, yang mesti sentiasa menang. Al-Quran merujuk kepadanya seperti di bawah: 


"Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman). Dan kalaulah Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) itu beriman (sebagaimana yang semestinya), tentulah (iman) itu menjadi baik bagi mereka. (Tetapi) di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka: orang-orang yang fasik."

(Q3:110)

"'Mereka tidak akan membahayakan kamu, kecuali gangguan kecil; jika mereka keluar untuk memerangi kamu, mereka akan menunjukkan punggung mereka kepada kamu, dan mereka tidak akan mendapat pertolongan.", 

(Q.3:111)


"Mereka ditimpakan kehinaan (dari segala jurusan) di mana sahaja mereka berada, kecuali dengan adanya sebab dari Allah dan adanya sebab dari manusia. Dan sudah sepatutnya mereka beroleh kemurkaan dari Allah, dan mereka ditimpakan kemiskinan (dari segala jurusan). Yang demikian itu, disebabkan mereka sentiasa kufur ingkar akan ayat-ayat Allah (perintah-perintahNya), dan mereka membunuh Nabi-nabi dengan tiada alasan yang benar. Semuanya itu disebabkan mereka derhaka dan mereka sentiasa mencerobohi (hukum-hukum Allah".

(Q.3:112). 

Tafsir Ibnu Katsir

Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada  Allahﷻ. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudarat kepada kalian, selain dari gangguan-gangguan celaan saja; dan jika mereka berperang dengan kalian, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah).

Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan. Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama)  Allahﷻ dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari  Allahﷻ dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat  Allahﷻ dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.  Allahﷻ memberitahukan kepada umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka adalah sebaik-baik umat. Untuk itu  Allahﷻ berfirman: 

"Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia". (Ali Imran: 110) Imam Al-Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yusuf, dari Sufyan ibnu Maisarah, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah sehubungan dengan firman-Nya: Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Ali Imran: 110) Abu Hurairah mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebaik-baik manusia untuk umat manusia, kalian datang membawa mereka dalam keadaan terbelenggu pada lehernya dengan rantai, selanjutnya mereka masuk Islam.

Hal yang sama dikatakan pula oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Atiyyah Al-Aufi, Ikrimah, ‘Atha’, dan Ar-Rabi’ ibnu Anas. Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Ali Imran: 110), Yakni umat yang terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia. Dengan kata lain, mereka adalah sebaik-baik umat dan manusia yang paling bermanfaat buat umat manusia. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan: menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran: 110)

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Sammak, dari Abdullah ibnu Umairah, dari Durrah binti Abu Lahab yang menceritakan: Seorang lelaki berdiri menunjukkan dirinya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu berada di atas mimbar, lalu lelaki itu bertanya, “”Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang terbaik?”” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “”Manusia yang terbaik ialah yang paling pandai membaca Al-Qur’an dan paling bertakwa di antara mereka kepada  Allahﷻ, serta paling gencar dalam melakukan amar makruf dan nahi munkar terhadap mereka, dan paling gemar di antara mereka dalam bersilaturahmi.”” Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya, Imam An-Nasai di dalam kitab sunannya, dan Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya telah meriwayatkan melalui hadits Sammak, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Qs Ali Imran: 110) Bahwa mereka adalah orang-orang yang berhijrah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Mekah ke Madinah.

Pendapat yang benar mengatakan bahwa ayat ini mengandung makna umum mencakup semua umat ini dalam setiap generasinya, dan sebaik-baik generasi mereka ialah orang-orang yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus di kalangan mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka. Makna ayat ini sama dengan makna yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan. (Al-Baqarah: 143) Yang dimaksud dengan wasatan ialah yang terpilih agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan)manusia. (Al-Baqarah: 143), hingga akhir ayat.

Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad, kitab Jami’ Imam At-Tirmidzi, kitab Sunan Ibnu Majah, dan kitab Mustadrak Imam Hakim disebutkan melalui riwayat Hakim ibnu Mu’awiyah ibnu Haidah dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Kalian adalah umat yang ketujuh puluh, kalianlah yang paling baik dan paling mulia menurut Allah subhanahu wa ta’ala Hadits ini cukup terkenal (masyhur), Imam At-Tirmidzi menilainya berpredikat hasan.

Telah diriwayatkan hadits yang semisal melalui Mu’az ibnu Jabal dan Abu Sa’id. Sesungguhnya umat ini menduduki peringkat teratas dalam semua kebajikan tiada lain berkat Nabi mereka, yaitu Rasulullah Karena sesungguhnya beliau adalah makhluk  Allahﷻ yang paling mulia dan rasul yang paling dimuliakan di sisi  Allahﷻ.  Allahﷻ telah mengutusnya dengan membawa syariat yang sempurna lagi agung yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi dan seorang rasul pun sebelumnya. Melakukan suatu amal perbuatan sesuai dengan tuntunannya dan jalan yang telah dirintisnya sama kedudukannya dengan banyak amal kebaikan yang dilakukan oleh selain mereka dari kalangan umat terdahulu.

Seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad: telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Ibnu Zuhair, dari Abdullah (yakni Ibnu Muhammad ibnu Aqil), dari Muhammad ibnu Ali (yaitu Ibnul Hanafiyyah), bahwa ia pernah mendengar sahabat Ali ibnu Abu Thalib menceritakan hadits berikut, bahwa Rasulullah pernah bersabda: “”Aku dianugerahi pemberian yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun.”” Maka kami bertanya, “”Wahai Rasulullah, apakah anugerah itu?”” Rasulullah menjawab, “”Aku diberi pertolongan melalui rasa gentar (yang mencekam hati musuh), dan aku diberi semua kunci perbendaharaan bumi, dan aku diberi nama Ahmad, dan debu dijadikan bagiku suci (lagi menyucikan), dan umatku dijadikan sebagai umat yang terbaik.”” Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari segi ini, sanadnya berpredikat hasan.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Ala Al-Hasan ibnu Siwar, telah menceritakan kepada kami Al-Laits, dari Mu’awiyah ibnu Abu Hubaisy, dari Yazid ibnu Maisarah yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar sahabat Abu Darda menceritakan hadits berikut, bahwa ia pernah mendengar Abul Qasim (Rasulullahﷺ) bersabda menurut Yazid ibnu Maisarah disebutkan bahwa ia belum pernah mendengar Abu Darda menyebutkan nama Kunyah Rasulullah, baik sebelum ataupun sesudahnya: Sesungguhnya  Allahﷻ telah berfirman, “”Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan mengutus sesudahmu suatu umat yang jika mereka mendapatkan apa yang mereka sukai, maka mereka memuji-(Ku) dan bersyukur (kepada-Ku). Dan jika mereka tertimpa apa yang tidak mereka sukai, maka mereka ber-ihtisab (mengharapkan pahala  Allahﷻ) dan bersabar, padahal tidak ada kesabaran dan tidak ada ilmu.”” Isa bertanya, “”Wahai Tuhanku, bagaimana mereka dapat berbuat demikian, padahal tanpa sabar dan tanpa ilmu?””  Allahﷻ berfirman, “”Aku beri mereka sebagian dari sifat sabar dan ilmu-Ku.”” Banyak hadits yang berkaitan dengan pembahasan ayat ini, bila diketengahkan sangat sesuai.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Al-Mas’udi, telah menceritakan kepada kami Bukair ibnul Akhnas, dari seorang lelaki, dari Abu Bakar As-Siddiq yang menceritakan bahwa Rasulullah pernah bersabda: Aku diberi izin untuk memasukkan tujuh puluh ribu orang ke dalam surga tanpa hisab, wajah mereka seperti bulan di malam purnama, hati mereka sama seperti hatinya seorang lelaki. Lalu aku meminta tambah kepada Tuhanku, maka Tuhanku memberikan tambahan kepadaku tiap-tiap orang (dari mereka dapat memasukkan) tujuh puluh ribu orang lagi. Maka Abu Bakar berkata, “”Maka aku berpendapat bahwa hal tersebut sama bilangannya dengan penduduk semua kampung dan semua penduduk daerah pedalaman.””

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Bakr As-Sahmi, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Hassan, dari Al-Qasim ibnu Mihran, dari Musa ibnu Ubaid, dari Maimun ibnu Mihran, dari Abdur Rahman ibnu Abu Bakar, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Sesungguhnya Tuhanku telah memberiku tujuh puluh ribu orang yang dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.”” Maka Umar berkata, “”Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak meminta tambahan kepada-Nya?”” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “”Aku telah meminta tambahan kepada-Nya, lalu Dia memberiku untuk setiap seribu orang lelaki (dari mereka) disertai dengan tujuh puluh ribu orang lagi.”” Umar berkata.Mengapa engkau tidak meminta tambah lagi kepada-Nya?”” Rasulullah menjawab, “”Aku meminta tambah lagi kepada-Nya, maka Dia memberiku untuk setiap orang disertai dengan tujuh puluh ribu orang lainnya.”” Umar berkata, “”Mengapa engkau tidak meminta tambah lagi?”” Nabi menjawab, “”Aku telah meminta tambah lagi, dan Dia memberiku sekian.”” Abdur Rahman ibnu Abu Bakar mengatakan demikian seraya membukakan di antara kedua tangannya.

Sedangkan Abdullah ibnu Bakr As-Sahmi mengatakan demikian seraya merentangkan kedua tangannya, juga menciduk pasir. Adapun Hasyim menyebutkan, “”Ini adalah dari Allah, bilangannya tidak diketahui banyaknya.
Imam -Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Dam-dam ibnu Zur’ah yang mengatakan bahwa Syuraih ibnu Ubaidah telah menceritakan bahwa Sauban mengalami sakit di Himsa, sedangkan di kota Himsa terdapat pula Abdullah ibnu Qart Al-Azdi, tetapi ia tidak menjenguknya.

Lalu masuk menemui Sauban seorang lelaki dari Kala’iyyin dengan maksud menjenguknya. Maka Sauban berkata kepadanya, “”Apakah engkau dapat menulis?”” Lelaki itu menjawab, “”Ya.”” Sauban berkata, “”Tulislah!”” Lalu Sauban mengimlakan suratnya yang ditujukan kepada Amir Abdullah ibnu Qart yang isinya sebagai berikut: “”Dari Sauban, pelayan Rasulullah Amma Ba’du: Sesungguhnya seandainya Musa dan Isa ‘alaihissalam mempunyai seorang pelayan yang sedang sakit di dekatmu, kamu harus menjenguknya.”” Lalu ia menghentikan imlanya dan melipat suratnya, kemudian berkata kepada lelaki tersebut, “”Maukah engkau mengantarkan surat ini kepadanya?”” Lelaki itu menjawab, “”Ya.”” Lalu lelaki itu berangkat dengan membawa surat Sauban dan menyerahkannya kepada Ibnu Qirt.

Ketika Abdullah ibnu Qirt membacanya, lalu ia berdiri dengan kaget, dan orang-orang merasa heran dengan sikapnya itu, apakah terjadi sesuatu pada dirinya? Abdullah ibnu Qirt datang menjenguk Sauban, lalu masuk menemuinya dan duduk di dekatnya selama sesaat, lalu berdiri hendak pergi. Tetapi Sauban memegang kain selendangnya dan berkata, “”Duduklah, aku akan menceritakan kepadamu sebuah hadits yang pernah kudengar dari Rasulullah Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: ‘Sesungguhnya akan masuk ke dalam surga dari kalangan umatku tujuh puluh ribu orang tanpa hisab dan tanpa azab, setiap seribu orang dari mereka disertai dengan tujuh puluh ribu orang lagi’.”” Hadits ini hanya diriwayatkan dari jalur ini oleh Imam Ahmad sendiri, sanad semua perawinya tsiqah dari kalangan ulama kota Himsa di negeri Syam.

Hadits ini berpredikat shahih. Imam Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ishaq ibnu Zuraiq Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail (yakni Ibnu Iyasy), telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Damdam ibnu Zur’ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Asma Ar-Rahbi, dari Sauban yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Tuhanku telah menjanjikan kepadaku tujuh puluh ribu orang dari sebagian umatku tidak akan dihisab, setiap seribu orang disertai dengan tujuh puluh ribu orang lainnya. Barangkali sanad inilah yang dipelihara, yaitu dengan tambahan Abu Asma Ar-Rahbi antara Syuraih dan Sauban.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Imran ibnu Husain, dari Ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa kami banyak menerima hadits dari Rasulullah di suatu malam, kemudian pada pagi harinya kami datang, lalu Rasulullah bersabda: Semalam ditampilkan kepadaku para nabi, masing-masing bersama umatnya. Maka ada seorang nabi yang lewat hanya dengan ditemani oleh tiga orang, seorang nabi lagi ditemani oleh segolongan orang, seorang nabi lainnya dengan ditemani oleh beberapa orang saja, dan ada pula seorang nabi yang tidak ditemani oleh seorang pun; hingga lewat di hadapanku Musa ‘alaihissalam

dengan ditemani oleh banyak orang dari kaum Bani Israil yang jumlahnya membuat aku kagum. Lalu aku bertanya, “”Siapakah mereka itu?”” Maka dikatakan (kepadaku), “”Ini adalah saudaramu Musa dengan ditemani oleh kaum Bani Israil.”” Aku bertanya, “”Lalu manakah umatku?”” Dikatakan (kepadaku), “”Lihatlah ke sebelah kananmu”” Maka aku memandang (ke arah kanan) dan ternyata aku melihat manusia yang bergelombang-gelombang hingga pemandanganku tertutup oleh wajah mereka. Ketika dikatakan kepadaku, “”Apakah engkau puas?”” Aku menjawab, “”Wahai Tuhanku, aku rela.”” Rasulullah melanjutkan kisahnya, “”Lalu dikatakan kepadaku, ‘Sesungguhnya bersama mereka terdapat tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab’.”” Kemudian Rasulullah bersabda: Tebusan kalian adalah ayah dan ibuku; jika kalian mampu, lakukanlah agar menjadi orang-orang yang termasuk ke dalam tujuh puluh ribu orang itu.

Jika kalian tidak mampu, maka jadilah kalian termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bergelombang itu. Dan jika kalian masih tidak mampu juga, maka jadilah kalian termasuk orang-orang yang ada di ufuk (cakrawala) itu, karena sesungguhnya aku telah melihat di sana ada orang-orang yang berdesak-desakan. Maka berdirilah Ukasyah ibnu Mihsan, lalu berkata, “”Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar Dia menjadikan diriku termasuk di antara mereka,”” yakni salah seorang di antara tujuh puluh ribu orang itu.

Maka Rasulullah mendoa untuknya. Lalu berdiri pula lelaki lainnya dan memohon, “”Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk salah seorang dari mereka.”” Rasulullah menjawab, “”Engkau telah kedahuluan oleh Ukasyah.””

Kemudian kami (para sahabat) berbincang-bincang dan mengatakan, “”Menurut kalian, siapakah mereka yang tujuh puluh ribu orang itu?”” Sebagian dari kami menjawab, “”Mereka adalah kaum yang dilahirkan dalam Islam dan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun hingga meninggal dunia.”” Ketika hal tersebut sampai kepada Rasulullah, maka Rasulullah menjawab: Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan ruqyah (pengobatan memakai bacaan), dan tidak pula memakai setrika (pengobatan dengan setrika), serta tidak pula mereka ber-tatayyur dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal.

Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad dan konteks ini. Dia meriwayatkannya melalui Abdus Samad, dari Hisyam, dari Qatadah berikut sanadnya dengan lafal yang semisal. Tetapi dalam riwayat ini ditambahkan sesudah sabdanya, “”Aku rela, wahai Tuhanku; aku rela, wahai Tuhanku,”” yaitu: “”Allah berfirman, ‘Apakah engkau telah rela?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Allah berfirman, ‘Lihatlah ke arah kirimu!’ Ketika aku melihat ke arah kiri, tiba-tiba cakrawala tertutup oleh wajah kaum lelaki.

Allah berfirman, ‘Apakah engkau telah puas?’ Aku menjawab, ‘Aku rela’.”” Dari segi (jalur) ini sanad hadits berpredikat shahih. Imam Ahmad sendirilah yang mengetengahkannya, sedangkan mereka (selain dia) tidak mengetengahkannya. Hadits yang lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Mani’, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari ‘Ashim, dari Zurr, dari Ibnu Mas’ud yang menceritakan bahwa Rasulullah pernah bersabda: “”Ditampakkan kepadaku semua umat di tempat musim (haji), maka diperlihatkan kepadaku umatku, lalu aku melihat mereka dan ternyata jumlah mereka yang banyak dan penampilan mereka membuatku kagum; mereka memenuhi seluruh lembah dan perbukitan.

Lalu Allah berfirman, ‘Apakah engkau rela, wahai Muhammad?’ Aku menjawab, ‘Ya.’ Allah berfirman, ‘Sesungguhnya bersama mereka terdapat tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab. Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan ruqyah, tidak pernah ber-tatayyur, dan hanya kepada Tuhan sajalah mereka bertawakal’.”” Lalu berdirilah Ukasyah ibnu Mihsan dan berkata, “”Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia menjadikan diriku termasuk dari mereka.”” Rasulullah menjawab, “”Engkau salah seorang dari mereka.”” Lalu ada lelaki lainnya berkata, “”Doakanlah kepada Allah semoga Dia menjadikan aku termasuk di antara mereka (yang masuk surga tanpa hisab itu).”” Rasulullah menjawab, “”Permintaanmu itu telah kedahuluan oleh Ukasyah.”” Al-Hafidzh Ad-Diya Al-Maqdisi meriwayatkannya, dan ia mengatakan, “”Hadits ini menurutku dengan syarat Muslim.”” Hadits lain.

Imam Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muhammad Al-Jazu’i Al-Qadi, telah menceritakan kepada kami Uqbah ibnu Makram, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Addi, dari Hisyam ibnu Hassan, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Imran ibnu Husain yang mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda: Sebagian dari umatku kelak masuk surga sebanyak tujuh puluh ribu orang, tanpa hisab dan tanpa azab. Ketika ditanyakan kepada Rasulullah, “”Siapakah mereka itu?”” Maka Rasulullah menjawab: Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan ruqyah, tidak pernah berobat memakai setrika, dan tidak pernah ber-tatayyur, hanya kepada Tuhan sajalah mereka bertawakal.

Imam Muslim meriwayatkannya melalui jalur Hisyam ibnu Hassan, tetapi dalam hadits Imam Muslim disebutkan perihal Ukasyah. Hadits lain ditetapkan di dalam kitab Shahihain melalui riwayat Az-Zuhri, dari Sa’id ibnul Musayyab, bahwa sahabat Abu Hurairah pernah menceritakan hadits berikut kepadanya, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda: Segolongan dari umatku kelak masuk surga yang jumlahnya adalah tujuh puluh ribu orang, wajah mereka bersinar seperti bulan di malam purnama. Abu Hurairah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Ukasyah ibnu Mihsan Al-Asadi berdiri seraya mengangkat baju namirahnya, kemudian berkata, “”Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia menjadikan diriku salah seorang dari mereka.”” Rasulullah berdoa: Ya Allah, jadikanlah dia termasuk di antara mereka.

Kemudian berdiri pula lelaki lain dari kalangan Anshar dan mengatakan hal yang sama, tetapi Rasulullah bersabda: Ukasyah telah mendahuluimu memperoleh doa itu.

Hadits lain. Abul Qasim At-Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Usman, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Abu Gassan, dari Abu Hazim, dari As-Sahl ibnu Sa’d, bahwa Rasulullah pernah bersabda: Sebagian dari umatku yang jumlahnya ada tujuh puluh ribu orang atau tujuh ratus ribu orang, sebagian dari mereka menolong sebagian yang lain, hingga orang yang pertama dan orang yang terakhir dari mereka masuk ke dalam surga semuanya.

Wajah mereka seperti rembulan di malam purnama. Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan bersama-sama hadits ini melalui Qutaibah, dari Abdul Aziz ibnu Abu Hazim, dari ayahnya, dari Sahl dengan lafal yang sama.

Hadits lain. Imam Muslim ibnul Hajjaj mengatakan di dalam kitab sahihnya, telah menceritakan kepada kami Said ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Abdur Rahman yang mengatakan bahwa ketika ia berada di rumah Sa’id ibnu Jubair, maka Sa’id ibnu Jubair berkata, “”Siapakah dari kalian yang melihat bintang jatuh tadi malam?”” Aku (Husain ibnu Abdur Rahman) menjawab, “”Aku.”” Kemudian aku berkata, “”Adapun aku tidak berada dalam salatku karena aku tersengat (oleh binatang berbisa).”” Sa’id ibnu Jubair bertanya, “”Lalu apa yang kamu lakukan?”” Aku menjawab, “”Aku melakukan ruqyah.”” Sa’id ibnu Jubair bertanya, “”Apakah hal yang mendorongmu melakukan hal tersebut?”” Aku menjawab, “”Sebuah hadits yang diceritakan kepada kami oleh Asy-Sya’bi.”” Sa’id ibnu Jubair bertanya, “”Apakah yang diceritakan Asy-Sya’bi kepada kalian?”” Aku menjawab bahwa Asy-Sya’bi pernah menceritakan kepada kami dari Buraidah ibnul Hasib Al-Aslami bahwa ia pernah mengatakan, “”Tidak ada ruqyah kecuali karena penyakit ‘ain atau demam!’ Sa’id ibnu Jubair mengatakan bahwa sesungguhnya memang baik seseorang yang berpegang kepada apa yang didengar oleh Asy-Sya’bi, tetapi Ibnu Abbas pernah menceritakan kepada kami dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Rasulullah pernah bersabda: Ditampilkan kepadaku seluruh umat, maka aku melihat ada seorang nabi yang hanya ditemani segolongan kecil manusia, dan nabi lain yang hanya ditemani oleh seorang dan dua orang lelaki, serta seorang nabi yang lainnya lagi tanpa ditemani oleh seorang pun.

Kemudian ditampilkan kepadaku sejumlah besar manusia, maka aku menduga bahwa mereka adalah umatku. Lalu dikatakan kepadaku, “”Ini adalah Musa dan kaumnya, tetapi lihallah ke arah cakrawala itu!”” Maka aku memandang ke arah itu, dan tiba-tiba aku melihat golongan yang amat besar, lalu dikatakan kepadaku, “”Lihallah ke arah cakrawala yang lain!”” Tiba-tiba aku melihat segolongan yang amat besar lagi.

Kemudian dikatakan kepadaku, “”Ini adalah umatmu, bersama mereka terdapat tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.”” Kemudian Rasulullah bangkit dari majelisnya dan masuk ke dalam rumahnya, maka orang-orang ramai membicarakan perihal mereka yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab itu. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa barangkali mereka itu adalah orang-orang yang menjadi sahabat Rasulullah, sedangkan sebagian yang lain mengatakan barangkali mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam Islam dan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun.

Mereka membicarakan pula hal-hal lainnya. Lalu Rasulullah keluar menemui mereka dan bersabda, “”Apakah yang sedang kalian bicarakan?”” Mereka memberitahukan kepadanya apa yang sedang mereka bicarakan, lalu Rasulullah menjawab: “”Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan ruqyah dan tidak pernah meminta ruqyah, tidak pernah berobat dengan setrika dan tidak pernah ber-tatayyur, hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal.”” Maka berdirilah Ukasyah ibnu Mihsan, lalu berkala, “”Doakanlah kepada Allah semoga Dia menjadikan diriku termasuk di antara mereka.”” Rasulullah menjawab, “”Engkau termasuk di antara mereka.”” Kemudian berdiri pula lelaki lain dan mengatakan, “”Doakanlah kepada Allah semoga Dia menjadikan diriku termasuk mereka.”” Rasulullah bersabda, “”Engkau telah kedahuluan oleh Ukasyah dalam memperoleh doa itu.”” Imam Al-Bukhari mengetengahkannya melalui Usaid ibnu Zaid, dari Hasyim, tetapi tidak disebutkan, “”Tidak pernah melakukan ruqyah.”” Hadits lain.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Jarir, telah menceritakan kepadaku Abuz Zubair; ia pernah mendengar Jabir ibnu Abdullah mengatakan bahwa ia pernah mendengar dari Rasulullah sebuah hadits yang antara lain disebutkan: Maka selamatlah golongan pertama yang wajah mereka adalah seperti rembulan di malam purnama dan mereka tidak dihisab. Kemudian orang-orang yang mengiringi mereka yang cahayanya sama dengan bintang-bintang di langit.

Kemudian disebutkan hingga akhir hadits. Imam Muslim meriwayatkannya dari hadits Rauh, hanya di dalam hadisnya tidak disebutkan Rasulullah Hadits lain. Al-Hafidzh Abu Bakar ibnu Abu ‘Ashim di dalam kitab sunannya meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Muhammad ibnu Ziyad; ia pernah mendengar Abu Umamah Al-Bahili mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda: Tuhanku telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak tujuh puluh ribu orang dari umatku, setiap seribu orang dari mereka disertai oleh tujuh puluh ribu orang lagi, tiada hisab dan tiada (pula) azab atas mereka, dan (dimasukkan pula ke dalam surga sebanyak) tiga genggaman dari genggaman-genggaman Tuhanku.

Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabarani melalui jalur Hisyam ibnu Ammar, dari Ismail ibnu Iyasy. Sanad hadits ini berpredikat jayyid (baik). Jalur lain diriwayatkan dari Abu Umamah. Ibnu Abu ‘Ashim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Dahim, telah menceritakan Icepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Safwan ibnu Amr, dari Salim ibnu Amir, dari Abul Yaman Al-Harawi (yang nama aslinya adalah Amir ibnu Abdullah ibnu Yahya), dari Abu Umamah, bahwa Rasulullah pernah bersabda: Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak tujuh puluh ribu orang tanpa hisab.

Maka Yazid ibnul Akhnas berkata, “”Demi Allah, tiadalah mereka itu di kalangan umatmu, wahai Rasulullah, melainkan seperti lalat bule di antara lalat yang lain (yakni sangat sedikit).”” Rasulullah bersabda, “”Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadaku tujuh puluh ribu orang, tiap-tiap seribu dari mereka ditemani oleh tujuh puluh ribu orang, dan Allah memberikan tambahan kepadaku sebanyak tiga kali genggaman-(Nya).”” Hadits ini sanadnya berpredikat hasan pula.

Hadits lain. Abul Qasim At-Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Khulaid, telah menceritakan kepada kami Abu Taubah, telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah ibnu Salam, dari Yazid ibnu Salam, bahwa ia pernah mendengar Abu Salam mengatakan, telah menceritakan kepadanya Amir ibnu Zaid Al-Bakkali yang telah mendengar dari Atabah ibnu Abd As-Sulami yang menceritakan bahwa Rasulullah pernah bersabda: Sesungguhnya Tuhanku telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak tujuh puluh ribu orang dari umatku tanpa hisab.

Kemudian setiap seribu orang dapat memberikan syafaat kepada tujuh puluh ribu orang. Kemudian Tuhanku menciduk dengan kedua telapak tangan (kekuasaan)-Nya sebanyak tiga kali cidukan. Maka sahabat Umar bertakbir dan mengatakan, “”Sesungguhnya tujuh puluh ribu orang yang pertama diberikan izin oleh Allah untuk memberi syafaat kepada orang tua-orang tua mereka, anak-anak mereka, dan kaum kerabat mereka. Aku berharap semoga Allah menjadikan diriku termasuk ke dalam salah satu dari genggaman yang terakhir.””

Al-Hafidzh Ad-Diya Abu Abdullah Al-Maqdisi mengatakan di dalam kitabnya yang berjudul Sifatul Jannah, bahwa ia belum mengetahui adanya suatu kelemahan pun dalam sanad hadits ini.

Hadits lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Hisyam (yakni Ad-Dustuwa-i), telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Kasir, dari Hilal ibnu Abu Maimunah, telah menceritakan kepada kami ‘Atha’ ibnu Yasar, bahwa Rifa’ah Al-Juhani pernah menceritakan kepadanya, “”Kami berangkat bersama Rasulullah, dan ketika sampai di Al-Kadid atau Al-Qadid, beliau Rasulullah menuturkan sebuah hadits yang antara lain menyebutkan: ‘Tuhanku telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga tujuh puluh ribu orang dari umatku tanpa hisab, dan sesungguhnya aku berharap semoga mereka masih belum masuk sebelum kalian dan orang-orang yang saleh dari kalangan istri-istri dan keturunan kalian menempati tempat-tempatnya di dalam surga’.”” Ad-Diya mengatakan bahwa menurutnya hadits ini dengan syarat Imam Muslim.

Hadits lain. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Qatadah, dari An-Nadr ibnu Anas, dari Anas, bahwa Rasulullah pernah bersabda: “”Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak empat ratus ribu orang dari umatku.”” Sahabat Abu Bakar berkata, “”Tambahkanlah kepada kami, wahai Rasulullah.”” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “”Sedangkan Allah (memasukkan) sekian.”” Umar berkata, “”Wahai Abu Bakar, cukuplah kamu.”” Abu Bakar mengatakan, “”Biarkanlah aku, tidak inginkah kamu bila Allah memasukkan kita semua ke dalam surga?”” Umar menjawab, “”Sesungguhnya Allah jika menghendaki, niscaya dapat memasukkan semua makhluk-Nya ke dalam surga hanya dengan segenggam telapak tangan (kekuasaan-Nya).”” Maka Rasulullah bersabda, “”Umar benar.”” Hadits dengan sanad ini hanya diriwayatkan oleh Abdur Razzaq sendiri.

Ad-Diya mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan pula oleh Al-Hafidzh Abu Na’im Al-Asbahani. Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Makhlad, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Haisam Al-Baladi, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Abu Hilal, dari Qatadah, dari Anas, dari Rasulullah yang telah bersabda: Tuhanku telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak seratus ribu dari kalangan umatku.

Maka Abu Bakar berkata, “”Wahai Rasulullah, tambahkanlah kepada kami.”” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “”Dan sekian.”” Sulaiman ibnu Harb (perawi) mengatakan demikian seraya mengisyaratkan dengan tangannya. Aku (Abu Bakar) berkata, “”Wahai Rasulullah, tambahkanlah buat kami.”” Umar menjawab, “”Sesungguhnya Allah berkuasa (mampu) memasukkan manusia semua ke dalam surga hanya dengan sekali ciduk.”” Maka Rasulullah bersabda, “”Umar benar.”” Ditinjau dari sanadnya, hadits ini berpredikat garib; Abu Hilal nama aslinya adalah Muhammad ibnu Salim Ar-Rasibi, dari Basrah. Jalur lain diriwayatkan dari Anas.

Al-Hafidzh Abu Ya’la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bukair, telah menceritakan kepada kami Abdul Qahir ibnus Sirri As-Sulami, telah menceritakan kepada kami Humaid, dari Anas, dari Rasulullah yang telah bersabda: “”Kelak akan masuk surga dari kalangan umatku sebanyak tujuh puluh ribu orang.”” Mereka berkata, “”Wahai Rasulullah, tambahkanlah kepada kami.”” Rasulullah bersabda, “”Setiap orang dapat memasukkan tujuh puluh ribu orang lagi.”” Mereka berkata, “”Tambahkanlah kepada kami.”” Saat itu Rasulullah berada di atas segundukan pasir.

Mereka mengatakan bahwa lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan dengan kedua telapak tangannya (seraya menciduk pasir) seperti ini. Mereka berkata, “”Wahai Rasulullah, apakah sesudah Allah (berbuat demikian) masih ada orang yang masuk ke dalam neraka?”” Sanad hadits ini jayyid, semua perawinya berpredikat tsiqah selain Abdul Qahir ibnus Sirri. Ibnu Mu’in pernah ditanya mengenainya, maka dijawabnya bahwa Abdul Qahir orang yang saleh. Hadits lain. Imam Ath-Thabarani meriwayatkan melalui hadits Qatadah, dari Abu Bakar ibnu Umar, dari ayahnya, bahwa Rasulullah pernah bersabda: Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak tiga ratus ribu orang dari umatku tanpa hisab.

Maka Umar berkata, “”Wahai Rasulullah, tambahkanlah kepada kami.”” Maka Rasulullahﷺ mengisyaratkan seperti ini dengan tangannya. Umar berkata lagi, “”Wahai Rasulullah, tambahkanlah kami.”” (Pada akhirnya) Umar berkata, “”Cukuplah bagimu, sesungguhnya jika Allah menghendaki, Dia dapat memasukkan semua makhluk-Nya ke dalam surga hanya dengan sekali ciduk atau sekali siuk.”” Maka Rasulullah bersabda, “”Umar benar.””

Hadits lain. Imam Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Khulaid, telah menceritakan kepada kami Abu Taubah, telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah ibnu Salam, dari Yazid ibnu Salam yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Amir, bahwa Qais Al-Kindi pernah menceritakan hadits kepadanya bahwa Abu Sa’id Al-Anmari pernah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah telah bersabda: Sesungguhnya Tuhanku telah menjanjikan kepadaku akan memasukkan ke dalam surga sebanyak tujuh puluh ribu orang dari kalangan umatku tanpa hisab, dan setiap seribu orang dapat memberi syafaat kepada tujuh puluh ribu orang.

Kemudian Tuhanku meraup dengan kedua telapak tangan (kekuasaan)-Nya sebanyak tiga kali cidukan. Demikianlah menurut Qais. Maka aku bertanya kepada Abu Sa’id, “”Apakah engkau yang mendengarnya dari Rasulullah?”” Abu Sa’id menjawab, “”Ya, dengan kedua telingaku, lalu kuhafal baik-baik.”” Abu Sa’id mengatakan bahwa Rasulullah bersabda pula: Jumlah yang sedemikian itu jika Allah menghendaki dapat mencakup semua Muhajirin dari umatku, sedangkan sisanya ditunaikan oleh Allah dari kalangan orang-orang Badui kami. Hadits ini diriwayatkan pula oleh Muhammad ibnu Sahl ibnu Askar dari Abu Taubah Ar-Rabi’ ibnu Nafi’ dengan sanad semisal, tetapi di dalam riwayat ini ditambahkan bahwa Abu Sa’id mengatakan, “”Lalu jumlah tersebut dihitung oleh Rasulullah, ternyata keseluruhannya mencapai empat ratus juta sembilan puluh ribu orang.””

Hadits lain. Abul Qasim At-Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnu Marsad At-Ath-Thabarani, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadaku Damdam ibnu Zur’ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda: Ingatlah, demi Tuhan yang jiwa Muhammad ini berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya kelak di hari kiamat benar-benar akan dibangkitkan sebagian dari kalian menuju ke dalam surga seperti malam yang pekat secara berbondong-bondong, jumlah seluruhnya dapat meliputi bumi ini.

Para malaikat berkata, “”Mengapa Muhammad datang dengan membawa umat yang jauh lebih banyak ketimbang umat yang dibawa oleh nabi-nabi yang lain?”” Sanad hadits berpredikat hasan. Hadits lain termasuk hadits-hadits yang menceritakan keutamaan, kemuliaan, dan kehormatan umat ini menurut Allah subhanahu wa ta’ala yang kesimpulannya menyatakan bahwa umat ini adalah umat yang terbaik di dunia dan akhirat. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, telah menceritakan kepadaku Abuz Zubair; ia pernah mendengar Jabir mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda: “”Sesungguhnya aku berharap semoga orang-orang yang mengikutiku dari kalangan umatku kelak di hari kiamat adalah seperempat ahli surga.”” Maka kami bertakbir, kemudian Rasulullah bersabda, “”Aku berharap semoga mereka berjumlah sepertiga manusia semuanya.”” Maka kami bertakbir, kemudian beliau bersabda, “”Aku berharap semoga mereka berjumlah separuh umat manusia.”” Demikian pula hal yang diriwayatkan oleh Rauh dari Ibnu Juraij dengan lafal yang sama, tetapi hadits ini dengan syarat Imam Muslim.

Telah ditetapkan di dalam kitab Shahihain melalui hadits Abu Ishaq As-Subai’i, dari Amr ibnu Maimun, dari Abdullah ibnu Mas’ud yang menceritakan bahwa Rasulullah pernah bersabda kepada kami: “”Tidakkah kalian rela bila kalian adalah seperempat ahli surga.”” Maka kami bertakbir, kemudian beliau bersabda, “”Tidakkah kalian rela bila kalian adalah sepertiga ahli surga.”” Maka kami bertakbir, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “”Sesungguhnya aku benar-benar berharap semoga kalian adalah separuh penduduk surga.”” Jalur lain dari Ibnu Mas’ud. Imam Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Qasim ibnu Musawir, telah menceritakan kepada kami Affan ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziyad, telah menceritakan kepadaku Al-Haris ibnu Husain, telah menceritakan kepadaku Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Mas’ud yang menceritakan bahwa Rasulullah pernah bersabda: “”Bagaimanakah menurut kalian bila seperempat penduduk surga adalah kalian, sedangkan bagi orang-orang lain adalah tiga perempatnya.”” Mereka berkata, “”Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”” Rasulullah bersabda, “”Bagaimanakah kalian bila sepertiganya?”” Mereka menjawab, “”Jumlah itu lebih banyak.”” Rasulullah bersabda, “”Bagaimanakah menurut kalian bila separuh penduduk surga adalah kalian?”” Mereka menjawab, “”Jumlah itu lebih banyak lagi.”” Maka Rasulullah bersabda, “”Ahli surga terdiri atas seratus dua puluh saf, untuk kalian adalah delapan puluh saf darinya.”” Imam Ath-Thabarani mengatakan bahwa hadits ini hanya diriwayatkan sendiri oleh Al-Haris ibnu Husain.

Hadits lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Dirar ibnu Murrah (yaitu Abu Sinan Asy-Syaibani), dari Muharib ibnu Dinar, dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya, bahwa Rasulullah pernah bersabda: Penduduk surga terdiri atas seratus dua puluh saf, bagian umat ini dari jumlah tersebut adalah delapan puluh saf. Hal yang sama diriwayatkan oleh Affan, dari Abdul Aziz dengan lafal yang sama.

Imam At-Tirmidzi mengetengahkan hadits ini melalui jalur Abu Sinan dengan lafal yang sama, dan ia mengatakan bahwa predikat hadits ini adalah hasan. Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadits Sufyan Ats-Tsauri, dari Alqamah ibnu Marsad, dari Sulaiman ibnu Buraidah, dari ayahnya dengan lafal yang sama. Hadits lain. Imam Ath-Thabarani meriwayatkannya melalui hadits Sulaiman ibnu Abdur Rahman Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Yazid Al-Bajali, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ali ibnu Abdullah ibnu Abbas, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Rasulullah yang telah bersabda: Seluruh penduduk surga terdiri atas seratus dua puluh saf yang delapan puluh saf darinya terdiri atas umatku. Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Khalid ibnu Yazid Al-Bajali, Ibnu Addi pernah membicarakan perihal predikatnya dalam periwayatan hadits.

Hadits Iain diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabarani. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Gailan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnu Makhlad, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, dari Sufyan, dari Abu Amr, dari ayahnya, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi’ah: 13-14) Maka Rasulullah bersabda: Kalian adalah seperempat penduduk surga, kalian adalah sepertiga penduduk surga, kalian adalah separuh penghuni surga, kalian adalah dua pertiga penduduk surga.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Ibnu Tawus, dari ayahnya, dari Abu Hurairah , dari Rasulullah yang telah mengatakan: Kami adalah orang-orang yang terakhir, tetapi orang-orang yang pertama di hari kiamat. Kami adalah orang-orang yang mula-mula masuk surga, hanya saja mereka diberi Al-Kitab sebelum kami, sedangkan kami diberi Al-Kitab sesudah mereka. Karena itu, maka Allah memberi petunjuk kami perihal sebagian perkara hak yang mereka perselisihkan, dan hari inilah yang dahulu selalu mereka perselisihkan mengenainya.

Manusia lain sehubungan dengan hari ini adalah mengikuti kami, besok untuk orang-orang Yahudi (yakni hari Sabtu) dan lusa (hari Ahad) adalah untuk orang-orang Nasrani. Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadits Abdullah ibnu Tawus, dari ayahnya, dari Abu Hurairah , dari Rasulullah secara marfu dengan lafal yang semakna. Imam Muslim meriwayatkannya pula melalui jalur Al-A’masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulul-lah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “”Kita adalah orang-orang yang terakhir, tetapi orang-orang yang pertama di hari kiamat, dan kita adalah orang yang mula-mula masuk surga.” Lalu Imam Muslim menuturkan hadits ini hingga selesai.

Hadits lain diriwayatkan oleh Imam Daruqutni di dalam kitab Al-Afrad melalui hadits Abdullah ibnu Muhammad ibnu Uqail, dari Az-Zuhri, dari Sa’id ibnul Musayyab, dari Umar ibnul Khattab bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “”Sesungguhnya surga itu dilarang atas semua nabi sebelum aku memasukinya, dan diharamkan atas seluruh umat sebelum umatku memasukinya. Kemudian Imam Daruqutni mengatakan bahwa hadits ini hanya diriwayatkan sendiri oleh Ibnu Uqail dari Az-Zuhri, dan tiada orang (perawi) lain yang meriwayatkan hadits ini darinya (yakni Az-Zuhri). Hadits ini juga hanya diriwayatkan oleh Zuhair ibnu Muhammad, dari Ibnu Uqail; dan hadits ini hanya diriwayatkan pula oleh Amr ibnu Abu Salamah, dari Zuhair.

Abu Ahmad ibnu Addi Al-Hafidzh meriwayatkan hadits ini. Untuk itu dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Husain ibnul Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-A’yun (yaitu Muhammad ibnu Abu Gayyas), telah menceritakan kepada kami Abu Hafs At-Tanisi, telah menceritakan kepada kami Sadaqah Ad-Dimasyqi, dari Zuhair ibnu Muhammad, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari Az-Zuhri. As-Sa’labi meriwayatkannya pula.

Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abbas Al-Makhladi, telah menceritakan kepada kami Abu Na’im (yaitu Abdul Malik ibnu Muhammad), telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isa At-Tanisi, telah menceritakan kepada kami Abu Hafs At-Tanisi, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnu Abdullah, dari Zuhair ibnu Muhammad ibnu Aqil dengan lafal yang sama. Semua hadits yang disebutkan di atas terangkum ke dalam makna firman-Nya: Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran: 110) Barang siapa yang memiliki sifat tersebut dari kalangan umat ini, berarti dirinya termasuk orang yang terpuji melalui ayat ini.

Seperti yang telah diriwayatkan oleh Qatadah, telah sampai suatu berita kepada kami bahwa ketika Khalifah Umar ibnul Khattab sedang melakukan salah satu ibadah haji, ia melihat adanya gejala hidup santai pada orang-orang. Lalu ia membacakan ayat ini, yaitu firman-Nya: Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (Ali lmran: 110) Kemudian ia berkata, “”Barang siapa yang ingin dirinya termasuk golongan umat ini, hendaklah ia menunaikan syarat yang ditetapkan oleh Allah di dalamnya.”” Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.

Barang siapa yang tidak memiliki sifat ini, maka ia lebih mirip dengan orang Ahli Kitab yang dicela oleh Allah subhanahu wa ta’ala melalui firman-Nya: Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. (Al-Maidah: 79), hingga akhir ayat. Karena itu, setelah Allah memuji umat ini karena memiliki sifat-sifat tersebut, lalu dalam ayat selanjutnya Allah mencela Ahli Kitab dan menyesalkan perbuatan mereka. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Sekiranya Ahli Kitab beriman. (Ali Imran: 110) Yakni beriman kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, yaitu Al-Qur’an. tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imran: 110) Maksudnya, sedikit sekali dari mereka yang beriman kepada Allah dan Kitab yang diturunkan kepada kalian, juga kepada apa yang diturunkan kepada mereka sendiri.

Kebanyakan dari mereka bergelimang di dalam kesesatan, kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin seraya menyampaikan berita gembira kepada mereka bahwa pertolongan dan kemenangan akan diperoleh mereka atas kaum Ahli Kitab yang kafir lagi mulhid, yaitu melalui firman-Nya: Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudarat kepada kalian, selain dari gangguan-gangguan celaan saja; dan jika mereka berperang dengan kalian, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan. (Ali Imran: 111) Memang demikianlah kenyataannya, karena sesungguhnya dalam Perang Khaibar Allah menghinakan mereka dan membuat hidung mereka terpotong (hina dina).

Hal yang sama dialami pula oleh orang-orang sebelum mereka dari kalangan Yahudi Madinah, seperti Bani Qainuqa’, Bani Nadir,dan Bani Quraizah; semuanya dibuat hina oleh Allah. Hal yang sama dialami pula oleh orang-orang Nasrani di negeri Syam. Para sahabat mematahkan penyerangan mereka dalam berbagai peperangan, dan merampas kekuasaan negeri Syam dari tangan mereka untuk selama-lamanya. Masih ada segolongan kaum muslim yang tetap berjuang di negeri Syam hingga Nabi Isa ibnu Maryam diturunkan, sedangkan mereka dalam keadaan tetap berjuang.

Kemudian Nabi Isa ‘alaihissalam memerintah dengan hukum agama Islam dan syariat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam Lalu ia memecahkan semua salib, membunuh babi-babi serta menghapuskan jizyah, dan tidak mau menerima kecuali hanya agama Islam. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. (Ali Imran: 112) Yakni Allah menetapkan kehinaan dan rendah diri pada diri mereka di mana pun mereka berada. Karena itu, hidup mereka tidak merasa aman. kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah. (Ali Imran: 112) Yaitu jaminan dari Allah. Maksudnya, janji jaminan keamanan bagi mereka dengan dibebani membayar jizyah dan menetapkan atas mereka hukum-hukum agama Islam.

dan tali (perjanjian) dengan manusia. (Ali Imran: 112) Yakni jaminan keamanan dari orang lain buat mereka, seperti perjanjian perdamaian dan gencatan senjata serta tawanan bila keselamatannya dijamin oleh seseorang dari kalangan kaum muslim, sekalipun si penjaminnya adalah seorang wanita muslimah. Demikian pula halnya perihal budak, menurut suatu pendapat di kalangan para ulama. Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. (Ali Imran: 112) Yaitu janji dengan Allah dan janji dengan manusia.

Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, ‘Atha’, Adh-Dhahhak, Al-Hasan, Qatadah, As-Suddi, dan Ar-Rabi’ ibnu Anas. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah. (Ali Imran: 112) Maksudnya, murka dari Allah sudah seharusnya menimpa mereka; mereka berhak menerimanya. dan mereka diliputi kerendahan. (Ali Imran: 112) Yakni mereka harus menerima kehinaah secara takdir dan peraturan syara’. Karena itu, dalam ayat selanjutnya disebutkan: Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. (Ali Imran: 112) Yakni sesungguhnya yang mendorong mereka berbuat demikian tiada lain adalah sifat takabur, zalim, dan dengki.

Maka sebagai akibatnya mereka ditimpa oleh kehinaan dan kenistaan untuk selama-lamanya yang berlangsung sampai kehinaan di akhirat. Kemudian  Allahﷻ subhanahu wa ta’ala berfirman: Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (Ali Imran: 112) Yaitu sesungguhnya hal yang mendorong mereka ingkar terhadap ayat-ayat  Allahﷻ dan berani membunuh rasul-rasul Allah lalu sifat tersebut dicap pada diri mereka tiada lain karena mereka banyak berbuat maksiat terhadap perintah-perintah  Allahﷻ, bergelimang di dalam lumpur kemaksiatan, dan berani melanggar syariat  Allahﷻ.

Semoga  Allahﷻ melindungi kita semua dari perbuatan tersebut, dan hanya kepada  Allahﷻ-lah kita meminta pertolongan. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Habib, telah menceritakan kepada kami Abu Dawud Ath-Thayalisi, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Sulaiman Al-A’masy, dari Ibrahim, dari Abu Ma’mar Al-Azdi, dari Abdullah ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa dahulu orang-orang Bani Israil pernah membunuh tiga ratus orang nabi dalam sehari, kemudian pada petang harinya mereka mendirikan pasar sayur-mayur mereka.







Thursday

No 41. Mukjizat - Janji Allahﷻ Untuk Melindungi Rasulullahﷺ


 41. Janji Untuk Melindungi  Rasulullahﷺ yang mempunyai banyak kesukaran untuk ditempuhi, banyak musuh dan bahaya yang perlu dielakkan. Ini adalah untuk meyakinkannya bahawa mesejnya adalah benar dan daripada  Allah. Misinya mesti berjaya. Dan dia mesti -- sebagaimana dia - pergi ke hadapan dan mengisytiharkan mesej itu dan menunaikan misinya, mempercayai  Allah untuk perlindungan, dan tidak peduli jika orang yang telah kehilangan semua rasa hak menolaknya atau mengancamnya. Al-Quran menerangkan perkara di atas seperti di bawah: 

 

Demi sesungguhnya! Kami telah mengambil perjanjian setia dari Bani Israil dan Kami telah utuskan kepada mereka beberapa orang Rasul. (Tetapi) tiap-tiap kali datang - seorang Rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak disukai oleh hawa nafsu mereka, mereka dustakan sebahagian dari Rasul-rasul itu, dan mereka bunuh yang sebahagin lagi, dan Allah akan melindungi kamu daripada mereka (yang bermaksud kerosakan)

 (Q.5:70). 

Selepas turunnya ayat di atas, Rasulullah membebaskan pengawal keselamatannya dan menyerah dirinya dalam perlindungan  Allah, Yang Maha Kuasa, yang memeliharanya dengan selamat dan sihat sepanjang hayatnya.

Perlindungan Rasulullah dibagi tiga peringkat dimasa hayat:

Bahaya memang tidak boleh diduga datangnya. Marabahaya boleh mengintai dan mengenai siapapun manusia, termasuk Rasulullah. Lantas bagaimana Allah memberikan perlindungan kepada Rasulullah?

Pada peringkat pertama,  Allah memberikan perlindungan kepada Rasulullahﷺ sejak dalam kandungan. Beliau berada di dalam rahim wanita yang baik serta mempunyai teladan yang mulia. Bahkan menjelang kelahirannya,  Allah memberikan perlindungan kepada Rasulullah melalui dtuknya, Abdul Muthallib, yang memberi makan orang-orang untuk menyambut cucunya.

Ketika Rasulullah dilahirkan dalam keadaan yatim pun,Allah memberikan perlindungannya melalui warisan dari almarhum ayahnya berupa budak perempuan bernama Ummu Aiman ​​dari Habasyah yang mempunyai nama asli Barakah. Tak hanya itu, Rasulullah juga diberikan perlindungan oleh  Allah melalui harta peninggalan lainnya dari ayahnya.

Yaitu, dititipkan lima ekor unta, sekelompok kambing, kedua bekas sahayanya Syaqran dan puteranya Shaleh.

Ketika Rasulullah lahir,Allahﷻ melindungi Rasulullahﷺ  dengan limpahan kasih sayang yang datang melalui Abdul Muthalib dan bapa saudaranya yang berbudi pekerti, Abu Thalib. Kedua tokoh inilah yang mempunyai jasa besar dalam melindungi dakwah Rasulullah kelak.

Abdul Muthalib bahkan memerintahkan orang-orang untuk menyembelih kambing untuk menyambut cucunya yang telah lahir ke bumi. Pada dasarnya, kelahiran Rasulullah SAW di tengah-tengah keluarga terhormat hingga membentangkan jalan kepada beliau untuk menjadi pemimpin kaumnya kelak. Ini jugalah bukti perlindungan  Allah kepada Rasulullah dalam garisan takdir.

Pada peringkat kedua, perlindungan  Allah kepada Rasulullahﷺ hadir dengan terciptanya proses pemuliaan kepada orang-orang yang menyusui dan mengasuh Rasulullah. Para pengasuh tersebut mendapatkan imbalan puluhan ganda jika dibandingkan dengan perempuan-perempuan yang perkerjaan sama dengan mereka.

Perlindungan  Allah kepada Rasulullah pada masa ini sekaligus memberikan keberkahan kepada para pengasuh. Contohnya, Tsuaibah Al-Aslamiyyah yang menyusui Rasulullah merdekakan dalam perbudakannya oleh Abu Lahab, bapa saudara Rasulullah yang kelak paling menentang dakwah Rasulullah.

Begitupun dengan Halimah As-Sa’diyah yang turut menyusui Rasulullah Allah melimpahkan kekayaan kepadanya kerana keberkahan Rasulullah agar tiada seorang pun berjasa terhadap beliau. Banyak hal yang meliputi keberkahan Halimah As Sa'diyah, baik berupa harta maupun derajat sosialnya yang mulia karena Rasulullah ketika dewasa kerap menyebut-nyebut jasa beliau.

Adapun dua pengasuh Rasulullah semasa kecilnya yakni Fatimah binti Asad dan Barakah Al-Habasyiyah juga mendapat keberkahan dan kemuliaan yang menyelimuti. Kemudian dalam pengasuhan pamannya, Abu Thalib, Rasulullahﷺ  juga mendapat perlindungan yang  Allah titipkan.

Dalam Surah Dhuha -6  dan Ad-Dukhan ayat 6, Allah SWT berfirman: “Alam yajidka yatiman fa-awaa,”. Yang artinya: “Bukankah Dia menemukanmu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?”. Sehingga, jelaslah bagaimana Allah menyambung satu per satu perlindungan-Nya yang tidak terputus kepada Rasulullahﷺ .

"Bukankah dia mendapati engkau yatim piatu, lalu la memberikan perlindungan?

(Surah Ad Dhuha -6)

"Untuk menyampaikan) rahmat dari Tuhanmu (kepada umat manusia); sesungguhnya Allah Jualah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui (akan segala keadaan hamba-hambaNya"
(Surah Ad Dhuqan- 6)

Pada peringkat ketiga,  Allah memberikan perlindungan kepada Rasulullahﷺ  untuk menjaganya dari hal-hal yang tidak elok, apalagi maksiat. Rasulullahﷺ  dihindarkan—bahkan sejak dari fikiran—untuk tidak mempercayai tradisi jahiliyah masyarakat Arab. Rasulullahﷺ  juga dijaga melalui akhlak mulia serta kejujurannya yang diakui seluruh masyarakat Arab itu.

Di sinilah, Rasulullahﷺ  mula menggembalakan kambing dan mula mengenal dunia perdagangan yang luas. Perlindungan  Allah kepada Rasulullahﷺ  pun terus berlanjut dengan menghubungkannya dengan Rasulullahﷺ  melalui orang-orang baik yang beliau temui dan kenal. Hingga akhirnya Rasulullahﷺ  berjumpa dengan Sayyidah Khadijah dan menikahinya.

Dan pada peringkat terakhir,  Allah juga terus memberikan perlindungan kepada dakwah Rasulullahﷺ  melalui pelbagai cara. Baik melalui sahabat-sahabatnya, keluarganya, hubungannya, bahkan musuhnya sendiri yang kemudian menjadi sahabat paling setia Rasulullahﷺ.

Jika menelisik peristiwa bencana yang menimpa Syekh Ali Jaber saat berdakwah, baru-baru ini, sesungguhnya  Allah pun memberikan perlindungan kepada beliau. Berdasarkan keterangan Syekh Ali Jaber, ketika hendak ditikam dengan orang yang tidak dikenali, tangan beliau mencerminkan terangkat seperti orang hendak berdoa. Barangkali, melalui refleks itulah  Allah memberikan perlindungan kepada beliau.

Dalam buku Harta Rasulullahﷺ  karya Abdul Fattah As-Samman menjelaskan,  Allahﷻ  menurunkan tiga peringkat perlindungan kepada Rasulullahﷺ . Yakni peringkat kelahiran hingga kanak-kanak, peringkat kanak-kanak hingga remaja, dan peringkat remaja hingga pengutusan beliau sebagai Nabi dan Rasul.

Begitu juga kita semua yang diberi nikmat yang paling berharga iaitu Iman dan Islam. Istiqomah dalam memanjatkan doa kepada Allah agar sentiasa dibawah perlindungan NYA.

Antara doa yang dianjurkan:

Doa Dilindungi  Allah

أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطٰانِ الرَّجِيْمِ

 "بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اَللَّهُمَّ اِنّي اَحْمَ دُكَ عَلى كُ لِّ نِعْمَةٍ ، وَ اَشْكُر ُكَ عَلى كُل ِّ حَسَنَةٍ، وَ اَسْتَغْ فِرُكَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ ، وَ اَسْأَل ُكَ مِنْ كُل ِّ خَيْرٍ، و َ اَسْتَعيذُ بِكِ مِنْ ك ُلِّ بَلاءٍ، وَ لا حَوْل َ وَ لا قُوّ َةَ اِلاَّ ب اللَّهِ الْع َلِيِّ الْعَ ظيمِ

Allahumma inni ahmaduka 'ala kulli ni'matin wa asykuruka 'ala kulli hasanatin, wa astaghfiruka min kulli dzanbin, wa as aluka min kulli khoirin, wa asta'idzu bika min kulli balain, wala hawla wala quwwata illa billahil 'aliyyil 'adhim.

Artinya,

" Ya Allah, sesungguhnya aku memuji kepada-Mu atas segala nikmat, aku bersyukur kepada-Mu atas semua kebaikan, aku memohon ampun kepada-Mu dari semua dosa, aku memohon kepada-Mu dari semua kebaikan, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari semua balak, dan tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan  Allah."

No.97 - Mukjizat Dahan Pohon Mendatangi Rasulullah

Dahan Pohon Mendatangi  Rasulullahﷺ   Kemudian Kembali ke Tempatnya Suatu ketika  Rasulullahﷺ    keluar menuju sebuah  perkampungan di Makka...